Advertisement

Promo November

Bawalu RI Sarankan Masyarakat Tonton Dirty Vote, Ini Alasannya

Newswire
Selasa, 13 Februari 2024 - 19:57 WIB
Arief Junianto
Bawalu RI Sarankan Masyarakat Tonton Dirty Vote, Ini Alasannya Poster film Dirty Vote. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Di tengah polemik penayangan film Dirty Vote, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Lolly Suhenty justru menyarankan masyarakat segera menonton film dokumenter arahan sutradara Dandhy Dwi Laksono tersebut.

"Kami bahkan, kayak tadi, misalnya, ada enggak yang belum tonton? Kami menyarankan untuk segera ditonton karena ini menjadi autokritik terhadap proses penyelenggaraan pemilu di kita [Indonesia]," kata Lolly, Selasa (13/2/2024).

Advertisement

Menurut Lolly, pihaknya menjadikan kritik dari film dokumenter tersebut sebagai bagian refleksi dan evaluasi. "Tetapi dalam konteks kinerja Bawaslu, maka kami tentu saja siap mempertanggungjawabkan seluruh kinerja yang sudah dilakukan dalam konteks penanganan pelanggaran yang kemudian dibidik dalam film itu," ujarnya.

Sementara itu, dia mengatakan bahwa Bawaslu masih mengkaji adanya kampanye hitam (black campaign) dalam film dokumenter tersebut. "Karena kan filmnya juga baru rilis ya. Jadi masih dalam kajian kami. Kami akan lihat karena juga sudah ada komentar-komentar atau protes yang disampaikan," kata dia.

Walaupun demikian, dia menjelaskan bahwa dirinya belum mendapatkan informasi mengenai adanya pelaporan dugaan kampanye hitam dalam film dokumenter Dirty Vote.

Film dokumenter Dirty Vote disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono. Dalam siaran tertulisnya, Dandhy menyampaikan film itu bentuk edukasi untuk masyarakat yang pada 14 Februari 2024 akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024. "Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tetapi hari ini saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara," kata Dandhy.

BACA JUGA: 3 Pakar Hukum dan Sutradara Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi

Dia menjelaskan film itu digarap dalam waktu sekitar 2 minggu, yang mencakup proses riset, produksi, penyuntingan, sampai rilis.

Pembuatannya, kata dia, melibatkan 20 lembaga, antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Perludem, Indonesia Corruption Watch, JATAM, Lokataru, LBH Pers, Walhi, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.

Dalam waktu kurang lebih 5 jam setelah siar di Youtube, film itu saat ini telah dilihat 355.831 orang dan dan disukai oleh 51.294 pengguna. Sementara hingga Selasa pukul 19.00 WIB, film tersebut telah disaksikan sekitar 7,5 juta penonton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap

News
| Jum'at, 22 November 2024, 09:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement