Pemilu 2024 Jadi Pertaruhan Kualitas Demokrasi, Pakar UGM: Gangguan Sedang Banyak
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Proses pemungutan suara Pemilu 2024 saat ini menjadi pertaruhan terakhir mempertahankan kualitas demokrasi di Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Hal ini diungkapkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Wawan Mas'udi.
"Saya kira akan menjadi upaya terakhir mempertahankan kualitas demokrasi dan ini tentu menjadi catatan sangat tebal, problem-problem proses elektoral sekarang yang sedang kita lewati," ujar Wawan dalam diskusi "Pojok Bulaksumur" di Kampus UGM, Sleman, Rabu (8/2/2024).
Advertisement
Sebagai pertaruhan terakhir untuk mempertahankan kualitas demokrasi, menurut dia, proses pemungutan dan penghitungan suara pada 14 Februari 2024 harus benar-benar dipastikan bersih, transparan, dan akuntabel.
Hal tersebut ditekankan Wawan mengingat dalam rangkaian proses Pemilu 2024 telah muncul kasus pelanggaran etika oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman disusul Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
"Kalau sampai itu (pelanggaran) terjadi lagi mekanisme-mekanisme yang mengarah atau praktik-praktik yang mengarah kepada kecurangan, berat kita untuk bisa mengklaim sebagai negara dengan ukuran-ukuran demokrasi meskipun itu standar," kata salah satu panelis debat pertama Pilpres 2024 ini.
Sebagai negara demokrasi terbesar pada urutan ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan India, menurut Wawan, Indonesia harus memberikan contoh dengan menghadirkan pemilu yang kredibel.
Apalagi, kata dia, Indonesia saat ini adalah satu-satunya negara yang berdiri kokoh sebagai negara demokrasi di Asia Tenggara.
"Ini gangguannya sedang banyak-banyaknya ini. Kalau pemilunya ini kacau balau sudah enggak ada negara demokratis di Asia Tenggara," ujar dia.
Wawan menuturkan Indonesia masuk dalam kategori negara demokratis lantaran masih menjalankan serta berpegang pada ukuran-ukuran demokrasi prosedural selama beberapa tahun terakhir.
"Nah, tentu ini kemudian ada pertanyaan seberapa kuat kualitas demokrasi yang kita punya," ucap dia.
Ukuran paling dasar untuk sebuah negara demokrasi, kata Wawan, yang pertama pemilu dipastikan berjalan rutin, berlangsung secara fair sehingga menghasilkan pemerintahan yang memiliki legitimasi.
"Itu tahap pertama. Kemudian tahap kedua baru mikir pemerintah yang terbentuk secara 'legitimate' ini kemudian bisa men-deliver ukuran-ukuran kesejahteraan, perlindungan hak asasi manusia, serta pengembangan ekonomi. Ini baru disebut berkualitas," tutur Wawan Mas'udi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
Advertisement
Advertisement