Advertisement

Data Prabowo Dinilai Tak Lengkap saat Debat, Pengamat: Defensif dan Tak Transparan

Abdul Hamied Razak
Senin, 08 Januari 2024 - 09:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Data Prabowo Dinilai Tak Lengkap saat Debat, Pengamat: Defensif dan Tak Transparan Tiga calon presiden saat Debat Capres 2024 pada Minggu (7/1 - 2024). Tangkapan layar Live Streaming KPU RI

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Calon presiden (capres) RI nomor urut 2 Prabowo Subianto dianggap tak transparan terkait data alat utama sistem pertahanan (alutsista). Direktur Algoritma Research and Consulting, Aditya Perdana pun mempertanyakan mengapa Prabowo tak membicarakan hal tersebut secara detail.

“Saya sepakat untuk mengatakan bahwa kita juga perlu tahu tentang banyak hal, terkait tentang apa saja kinerja Pak Prabowo sebagai Menhan dan itu memang krusial,” katanya, seusai debat ketiga yang dikhususkan untuk capres dengan tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik, Minggu (7/1/2024).

Advertisement

BACA JUGA: Prabowo Kecewa dengan Narasi Ganjar dan Anies di Debat Capres

Menurutnya, data yang dipaparkan dalam debat masih bisa diakses oleh publik. Bukan soal strategi pertahanan yang menjadi rahasia negara.

“Kekhawatiran terkait alutista yang dikatakan pesawat bekas dan lain-lain itu memang terjawab, kita publik akhirnya tau bahwa ada yang namanya flying capacity, jadi itu yang penting untuk kita elaborasi. Saya juga sepaham bahwa seharunya bicara program itu juga jauh lebih detail,” imbuhnya.

Aditya menyinggung capres RI nomor urut 2 Prabowo Subianto selalu defensif selama debat capres. "Jadi saling menyerangnya itu memang yang akhirnya kemudian data Prbowo sendiri juga sangat defensif, menurut saya yang akhirnya (ia) tidak bisa mengelaborasi lebih dalam juga tentang apa yang dimaksud dengan transparansi dan sebagainya,” katanya.

Sebelumnya, Prabowo yang juga Menteri Pertahanan (Menhan) sempat berencana untuk membeli 12 pesawat tempur bekas tipe Mirage dari Qatar. Saat itu, dia berpandangan bahwa pesawat itu masih layak digunakan hingga belasan tahun ke depan. Namun baru-baru ini rencana itu dibatalkan karena alasan keterbatasan fiskal.

Rencana pembelian pesawat bekas tersebut disorot, hal tersebut karena isu anggaran yang membengkak selama Prabowo menjabat sebagai Menhan.

Selain itu, saat debat capres, Prabowo juga tak membuka data apapun saat capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengkritik langkah Pemerintah Indonesia terkait membeli pesawat tempur bekas. Hal ini diungkapkan dalam Debat Capres ketiga yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

BACA JUGA: Debat Capres: Prabowo dan Anies Saling Serang soal Data Kepemilikan Aset Tanah

Anies memberikan contoh penggunaan utang untuk hal yang non-produktif adalah pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) bekas. Menurutnya, membeli alutsista bekas apalagi menggunakan utang luar negeri bukanlah keputusan yang tepat.
Selain itu, Anies berharap utang luar negeri ini juga harus dihitung dengan teliti agar kedaulatan Indonesia tidak berpotensi diintervensi oleh negara pemberi utang.

“Utang yang digunakan untuk aktivitas produktif, jangan yang non-produktif, misalnya utang digunakan untuk membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan,” kata Anies.

Sementara, Ganjar Pranowo mengingatkan bahaya tingginya utang. Awalnya Ganjar menyinggung soal buku 'Confessions of an Economic Hit Man' dari John Perkins. Buku ini bercerita tentang bandit-bandit ekonomi di dunia. Menurut buku itu, kata Ganjar, utang bisa mematikan sebuah negara.

"Kita membaca buku 'Confessions of an Economic Hit Man' dari John Perkins. Bahwa utang-utang itu bisa mematikan. Maka hati-hati kalau mau utang. Terutama pada infrastruktur yang punya risiko tinggi. Kita mesti hitung betul," kata Ganjar di panggung debat Istora Senayan, Minggu (7/1/2024).

BACA JUGA: Prabowo Sebut Upaya Melindungi atau Pertahanan sesuai dengan Pembukaan UUD 1945

Ganjar mengingatkan, banyak negara kolaps karena utang. Ia lantas menjelaskan perlunya kekuatan dalam negeri. Dia lantas berbicara perlunya pertumbuhan ekonomi 7%.
"Kalau mau pakai kekuatan dalam negeri, wajib hukumnya kita mendorong ekonomi tumbuh 7 persen, kemudian government berjalan dengan baik," ungkapnya.

Ganjar lantas menutup penjelasannya dengan slogan 'no utang, no usang'. Yakni bahwa tanpa berutang pun, alutsista Indonesia tidak usang, dengan menggenjot trasfer teknologi dan produksi alutsista dalam negeri. "Jadi mohon maaf, kaitannya dengan utang, no utang, no usang. Sehingga alutsista kita betul-betul kita lakukan transfer of technology dari dalam negeri," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dugaan Korupsi Taspen, KPK Panggil Pimpinan Perusahaan KB Valbury Sekuritas

News
| Jum'at, 17 Mei 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement