Advertisement

Program Makan Siang dan Susu Gratis Persiapkan Generasi Emas & Punya Efek Ganda

Media Digital
Senin, 08 Januari 2024 - 10:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
Program Makan Siang dan Susu Gratis Persiapkan Generasi Emas & Punya Efek Ganda Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengikuti pertandingan futsal dengan para Gus se-Jawa dengan tajuk Fun Futsal Sarungan Bareng Samsul di Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, (6/1/2024). Antara - Fauzan

Advertisement

JOGJA—Calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka terus menyuarakan program makan siang dan pemberian susu gratis. Program ini sebelumnya telah diadopsi di berbagai negara mampu membantu ketercukupan gizi pada anak. Tidak hanya itu, wacana ini juga memiliki efek ganda.

Program 8 Hasil Terbaik Cepat pertama yakni memberikan makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil menjadi upaya Gibran untuk mendorong kualitas generasi muda Indonesia. “Kita harus mempersiapkan Indonesia Emas dengan mempersiapkan generasi emas yakni anak sehat dan pintar,” kata calon wakil presiden (cawapres) dua, Gibran Rakabuming Raka saat konsolidasi di Sentul, Bogor, Minggu (10/12/2023).

Advertisement

The Conversation Indonesia bersama peneliti kesehatan publik Universitas Airlangga Ilham Akhsanu Ridlo memaparkan mengenai laporan terbitan tahun lalu dari Global Child Nutrition Foundation (GCNF) berjudul School Meal Programs Around the World: Results from the 2021 Global Survey of School Meal Programs. Laporan ini menunjukkan dari 139 negara yang disurvei, 125 di antaranya memiliki setidaknya satu program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan sekolah menengah. Laporan itu menyatakan sekitar 330,3 juta anak menerima makanan sekolah mulai 2020. Persentase dari seluruh usia anak sekolah dasar dan menengah yang menerima program ini adalah 27%.

Negara yang telah menerapkan kebijakan ini adalah sekolah di Amerika Latin/Karibia mencapai 55%, lalu Eropa, Asia Tengah, Amerika Utara (44%); Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik (26%); dan Afrika Sub-Sahara (26%). Angka ini menunjukkan proporsi siswa di negara berpendapatan tinggi lebih tinggi dibanding siswa di negara berpendapatan rendah dan menengah.

Tak hanya itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui World Food Program dalam laporannya pada 2022 menulis dari sampel data 176 negara diperoleh angka 418 juta anak menerima manfaat dari program makanan di sekolah. Jumlah ini 30 juta lebih banyak dibanding 388 juta anak yang mendapatkan manfaat serupa sebelum pandemik pada awal 2020.

Dalam aspek usia, dari jumlah tersebut sekitar 41% merupakan anak sekolah dasar yang mendapatkan makanan gratis atau bersubsidi. Dalam aspek pendapatan, program ini menjangkau 61% anak usia sekolah di negara berpendapatan tinggi, 48% di negara berpendapatan menengah atas. Sementara, di negara berpendapatan rendah, hanya 18% siswa yang menerima makanan di sekolah setiap hari.

Secara global, investasi untuk pemberian makan di sekolah pada 2022 diperkirakan antara US$47 miliar- US$48 miliar (hampir Rp729 triliun-745 triliun), dengan biaya rata-rata US$64 (sekitar Rp993.000) per anak per tahun. Sumber pendanaannya lebih dari 98% dari dalam negeri, atau anggaran masing-masing negara. 

Efek Ganda

Dibalik program ini, kata Ketua Relawan Muda BerAkhlak, Rovito Hoetomo, bukan hanya gizi anak yang dicukupi. Bahkan, kata dia, dapat mengurangi angka kemiskinan, dengan melibatkan UMKM sebagai penyuplai makanan dan susu. “Ini akan memperkuat UMKM di level grassroot serta mengurangi angka kemiskinan ekstrem di masyarakat,” tambahnya, Rabu (3/1/2024).

Ketua Harian Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Tengah, Wihaji mengatakan program ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi karena melibatkan UMKM di seluruh Indoensia dan menyerap tenaga kerja yang signifikan. "Program ini melibatkan UMKM, langsung dan tidak langsung melalui hilirisasi UMKM. Kegiatan ini tidak hanya berupa belanja tetapi juga membuka lapangan kerja. Program ini dapat dilihat sebagai investasi dan upaya jangka panjang," ujarnya, Minggu (31/12/2023)

Menurut dia, hal tersebut memungkinkan karena jika ada daya beli, ekonomi akan tumbuh. Alhasil, ketimpangan ekonomi dapat dikurangi dan berkontribusi 10%-20% dari sektor swasta. "Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu inovasi dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," katanya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hujan Badai Diprediksi Terpa Sejumlah Wilayah di Indonesia Hari Ini

News
| Kamis, 09 Mei 2024, 08:57 WIB

Advertisement

alt

Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga

Wisata
| Senin, 06 Mei 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement