Advertisement

Gibran Optimistis Indonesia Bakal Jadi Raja Energi Dunia

Media Digital
Sabtu, 30 Desember 2023 - 20:57 WIB
Mediani Dyah Natalia
Gibran Optimistis Indonesia Bakal Jadi Raja Energi Dunia Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming saat memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Jumat (17/2/2023). - Antara/Aris Wasita

Advertisement

JOGJA—Energi terbarukan untuk mengurangi tingkat kerusakan lingkungan menjadi salah satu isu krusial yang dibicarakan dunia. Menjawab persoalan ini calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabumi Raka menyampaikan Indonesia dapat menjawab tantangan tersebut. Bahkan, bangsa ini dapat menjadi raja energi hijau dunia.

Gibran yakin Indonesia dapat menjadi raja energi hijau. “Suatu saat nanti, saya berkeyakinan Indonesia jadi raja energy hijau dunia dengan mengembangan biodiesel, bioavtur dari sawit, bioetanol dari tebu sekaligus kemandirian gula,” katanya saat Debat Capres-Cawapres 2024 di Jakarta Convention Center, Jumat (22/12/2023).

Advertisement

Menurut laporan Statistical Review of World Energy dari British Petroleum (BP), Indonesia masuk dalam 10 besar produsen biofuel terbesar dunia. Berdasarkan data BP, pada 2022 produksi biofuel Indonesia mencapai 174.000 barel ekuivalen minyak per hari. Angka ini menempatkan Indonesia menjadi terbesar ketiga secara global. 

Posisi pertama adalah Amerika Serikat dengan 728.251,26 barel ekuivalen minyak per hari dan Brasil 409.428,25 barel ekuivalen minyak per hari. Meski Indonesia menduduki posisi ketiga, tetapi dari sisi angka, Indonesia masih tertinggal dua kali lipat disbanding Brasil dan lebih dari empat kali lipat dibandingkan Amerika Serikat.

Meski masih punya banyak pekerjaan rumah untuk menjadi raja energi hijau dunia, berikut perkembangan bioetanol, biodiesel dan bioavtur di Indonesia.

Bioetanol

Dari sisi definisi, bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar.

Presiden Joko Widodo pada 4 November 2022 telah meluncurkan program Bioetanol Tebu Untuk Ketahanan Energi. Peresmian ini dilaksanakan di sela kunjungan kerja di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Sementara itu, Tim Studi Bioetanol ITB telah mengkaji pencampuran etanol 5% ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92). Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5% dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina.

Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor bahan bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar US$2.6 miliar dari substitusi impor diesel melalui program Biodiesel kelapa sawit. Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak 2021. Penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.

Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43% termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5 dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23% pada 2025. Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.

Biodiesel

Biodiesel berbahan baku minyak nyamplung, minyak sawit mentah, minyak ikan, minyak jarak, palm fatty acid distillate dan minyak kelapa. Bahan bakar ini dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis produksi bioetanol yang berasal dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin di dalam negeri dapat menekan impor produk BBM. Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan hingga saat ini produksi bioetanol di Indonesia baru sekitar 40.000 kilo liter (kl) per tahun. Pada 2030, target produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu hingga 1,2 juta kl.

Karena itu, Indonesia mengembangkan bioetanol sebagai campuran pada BBM jenis bensin, maka hal tersebut akan berdampak pada menurunnya impor produk BBM. Pasalnya konsumsi BBM jenis bensin pada tahun 2022 saja telah mencapai 35,8 juta kilo liter (kl).

Bioavtur

Terakhir, bioavtur merupakan bahan bakar pesawat yang dibuat dari campuran avtur dan kelapa sawit 2,4%. Bioavtur jenis ini diharapkan bisa menurunkan emisi karbon sektor transportasi yang juga dikenal dengan nama Bioavtur J.24.

Indonesia.go.id melaporkan, bioavtur telah dimanfaatkan di Amerika serikat, Kanada dan negara-negara di Eropa. Sejumlah produsen tidak hanya mengandalkan minyak nabati dari jagung dan kacang-kacangan tetapi juga memanfaatkan limbah minyak goreng.

Bioavtur di Indonesia merupakan pengembangan Pertamina Research and Technology Innovation (Pertamina RTI) dan Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung (PRK-ITB). Uji coba terbang bahan bakar bioavtur dilakukan pada pesawat CN-235 Flying Test Bed milik PT Dirgantara Indonesia pada Rabu (6/10/2021).

Dari hasil uji coba disimpulkan, bioavtur Indonesia cukup baik digunakan sebagai bahan bakarnabati pesawat terbang. Pertamina memproduksi bioavtur tahun ini. Produksi dilakukan di Unit Kilang Cilacap, Jawa Tengah yang telah memproduksi avtur dengan kapasitas harian 8.000 barel.

Pada 4 Oktober 2023, Garuda Indonesia telah menguji penggunaan bioavtur J2.4 pada pesawat komersil maskapai tersebut. Uji coba dilakukan pada pesawat Garuda Indonesia B737-800NG PK-GFX dengan mesin CFM56-7B. Pesawat tersebut terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pelabuhan Ratu Airspace.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk, Irfan Setiaputra dalam keterangan resminya mengatakan uji coba ini untuk melengkapi uji statis yang telah terlebih dulu dilakukan pada akhir Juli 2023 dengan menggunakan komponen mesin yang sama.Menurut dia, respons pesawat tersebut baik dan terkendali. "Dengan hasil baik ini, Garuda Indonesia bersama Pertamina siap melanjutkan sinergi ke tahap rencana penggunaan SAF dalam penerbangan komersial kami," tulisnya pada 10 Oktober 2023.(***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mau Mengikuti Rangkaian Acara Waisak di Candi Borobudur? Simak Aturannya!

News
| Jum'at, 17 Mei 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement