Advertisement
Jelang Pemilu, Masyarakat Bisa Mengatasi Informasi Sesat lewat Literasi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA– masyarakat diminta untuk pandai memilah, memfilter dan mengcounter informasi dengan benar. Apalagi sebentar lagi bangsa Indonesia akan memasuki musim demokrasi, yakni Pemilu.
"Di era disrupsi informasi, kita tidak melulu menggunakan senjata untuk menghancurkan. Cukup dengan jari-jari melalui hand phone, sudah banyak orang bertindak mengikuti hawa nafsu," ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Kamis (9/3/2023).
Advertisement
Dia mengatakan, literasi memegang andil penting membentuk mind set seseorang. Tidak akan terjadi keliterasian seseorang, lanjutnya, tanpa budaya baca yang ajeg. Pasalnya, literasi diawali dari proses pengetahuan dan pengetahuan diperoleh dari kebiasaan membaca.
"Hingga saat ini tidak ada teori yang mengatakan buku boleh dibakar lalu diminum dan lantas seseorang menjadi pintar," ujar Bando.
Dia mengatakan, saat ini cara orang memproduksi dan mengonsumsi informasi telah berubah. Dulu, katanya, informasi banyak diperoleh melalui koran, majalah, atau pun media elektronik (TV/radio). Namun, media sosial kini yang menjadi konsumsi utama orang ketika ingin mendapatkan informasi.
BACA JUGA: Kasus Kekekerasan: Yang lagi Pacaran Perlu Baca Data Ini
"Era pandemi covid-19 juga memunculkan banyak aplikasi digital, seperti pinjaman online, informasi kesehatan, dan sebagainya. Tetapi apakah semua informasi yang diperoleh lewat platform tersebut sudah benar? Itu patut ditanyakan kepada masing-masing," ujarnya.
Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar mengimbau agar setiap orang berhati-hati menggunakan media sosial. Dia meminta warganet tidak mengumbar data pribadi di media sosial atau jangan sampai data pribadi tersaring oleh platform.
"Kemewahan manusia bermedia sosial boleh jadi karena dari 50% penduduk dunia, lebih dari 70% nya menggunakan media online. Kita sudah menjadi warga digital," ujarnya saat sesi talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM).
Menurutnya, kebaikan internet bisa dimanfaatkan, seperti mengarahkan dialog dan toleransi, mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan demokrasi, serta memberdayakan semua orang agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. "Esensi literasi adalah melawan berbagai dampak keburukan, meraih berbagai peluang, memiliki keterampilan untuk menginterpretasi dan memahami informasi, berpikir kritis, dan men-share dengan bijak," katanya.
Tenaga Ahli Perpusnas Supriyanto menambahkan pengembangan fungsi perpustakaan di era paradigma baru tidak harus selalu di datangi masyarakat. Digitalisasi menjadikan layanan perpustakaan bisa hadir dalam bentuk digital dan bisa diakses kapan pun dimana pun. "Itulah alasan kenapa perpustakaan tetap merupakan bagian dari investasi kecerdasan masa depan," katanya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Menko AHY Tekankan Infrastruktur Terintegrasi di Lokasi Transmigrasi
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Terdakwa Dugaan Penipuan Pembelian Perusahaan Dituntut 3 Tahun
- Menabrak Mobil di Jetis Bantul, Pemotor Meninggal Dunia
- DLH Kota Jogja Kembangkan Pengelolaan Sampah Organik di RTH
- Raja Juli Siapkan Strategi Menjaga Badak Jawa dari Kepunahan
- Sejumlah Sekolah di Kulonprogo Sudah Terima Bantuan Smart TV
Advertisement
Advertisement